Minggu, 28 Oktober 2012

TUGAS MANDIRI “Biaya Pendidikan”


BAB I
PENDAHULUAN

1.1             LATAR BELAKANG
Di dalam terminologi administrasi keuangan, khususnya adminsitrasi keuangan bidang pendidikan, dibedakan antara biaya (cost) dan pembelanjaan (expenditure). Biaya (cost) adalah nilai besar dana yang diprakirakan perlu disediakan untuk membiayai kegiatan tertentu, misalnya kegiatan akademik, kegiatan kesiswaan, dan sebagainya. Sedangkan pembelanjaan (expenditure) adalah besar dana riil yang dikeluarkan untuk membiayai unit kegiatan tertentu, misalnya kegiatan praktikum siswa. Oleh karena itu, seringkali muncul adanya perbedaan antara biaya yang dianggarkan dengan pembelanjaan riil.
Secara umum, pembiayaan pendidikan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu; (1) biaya rutin (recurring cost) dan biaya modal (capital cost). Recurring cost pada intinya mencakup keseluruhan biaya operasional penyelenggaraaan pendidikan, seperti biaya administrasi, pemeliharaan fasilitas, pengawasan, gaji, biaya untuk kesejahteraan, dan lain-lain. Sementara, capital cost atau sering pula disebut biaya pembangunan mencakup biaya untuk pembangunan fisik, pembelian tanah, dan pengadaan barang-barang lainnya yang didanai melalui anggaran pembangunan.

Selama ini banyak orang menganggap bahwa biaya pendidikan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah. Padahal tidak sedikit orang tua dan calon mahasiswa yang telah menjadari bahwa kuliah di perguruan tinggi dipandang sebagai investasi bagi masa depan mereka. Oleh karena itu orang tua dan/atau mahasiswa semestinya ikut berkontribusi secara lebih signifikan terhadap biaya pendidikan. Lantas bagaimana kita mensiasati biaya pendidikan saat ini?



1.2            TUJUAN
1.2.1        sebagai tugas mandiri Mata Kuliah Profesi Kependidikan
1.2.2        Sebagai bahan bacaan tentang biaya pendidikan pada saat ini dan solusi pemecahannya

1.3            SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun sebagai berikut:
  1. Pendahuluan yang mencangkup latar belakang masalah serta tujuab penulisan makalah
  2. Pembahasan yang di kaji tentang “Biaya Pendidikan Sebagai Beban Kemitraan”, “Mahalnya biaya Pendidikan sekarang Ini” dan “ Mensiasati Biaya Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BIAYA PENDIDIKAN SEBAGAI BEBAN KEMTRAAN

Orang tua siswa sedang berjibaku dengan perasaan. Waswas bercampur stres. Bayangan dan harapannya adalah si anak bisa sekolah berkualitas dengan biaya murah. Ini hukum ekonomi pula. Ingin mendapatkan jasa bermutu dengan ongkos rendah.
Persoalannya, tak semudah yang dibayangkan harapan itu bisa terwujud. Jauh lebih banyak harapan yang tidak terwujud. Lebih besar orang tua murid yang gagal. Tak mendapatkan sekolah berkualitas dengan biaya murah. Kalaupun dapat yang berkualitas, biaya yang dikeluarkan amat mahal.
Biaya pendidikan yang terus melambung setiap tahun menjadi masalah yang sulit terpecahkan. Sebaliknya, upaya pemerintah untuk meningkatkan anggaran pendidikan nasional sebesar 20 persen dari jumlah APBN -yang diamanatkan UUD 1945- sampai sekarang belum bisa diwujudkan.
Karena biaya yang terus merangkak naik, sedangkan pemerintah belum bisa meningkatkan anggaran pendidikan nasional, mau tidak mau yang terkena beban kenaikan pembiyaan adalah orang tua siswa.
Memang, kenaikan biaya pendidikan yang dipikul orang tua siswa tidak selalu bersangkut paut langsung dengan pungutan atau biaya tertentu yang diminta pihak sekolah. Sebagian kenaikan biaya pendidikan disebabkan adanya kenaikan biaya kebutuhan siswa yang memang menjadi tanggungan orang tua.
Apa pun persoalannya, kenaikan biaya pendidikan yang terus berlangsung tiap tahun merupakan beban finansial dan psikologis bagi hampir semua orang tua siswa. Sebab, tidak banyak pilihan untuk menghindar. Tidak banyak pilihan untuk mendapatkan pendidikan berkualitas dengan biaya relatif murah.
Kalau demikian halnya, bagaimana masalah ini dicarikan solusi? Mungkin sudah waktunya ada semacam terobosan yang inovatif untuk mendorong tumbuhnya kesadaran semua orang -di negeri ini-, semua lembaga, dan semua pihak untuk turut meringankan beban pembiayaan pendidikan.
Meringankan biaya pendidikan bukan berarti pihak-pihak lain perlu diajak mengeluarkan bantuan biaya. Meringankan itu bisa berupa partisipasi aktif menunjang program-program pendidikan dan penyediaan sarana belajar-mengajar di sekolah.
Menyediakan program buku murah, misalnya. Mungkin asosiasi orang tua siswa perlu dibentuk -tidak harus berupa komite sekolah yang dibentuk secara formal seperti yang sudah berjalan selama ini- guna mendapatkan akses yang lebih mudah dan terbuka dengan penerbit buku.
Para orang tua siswa perlu membentuk kemitraan yang sinergis untuk mencari peluang mendapatkan perangkat keras alat-alat peraga, sarana tulis-menulis, dan perangkat-perangkat lain langsung ke pihak pembuat atau produsennya.
Ikhtiar ini bukan berarti peluang harus diciptakan dengan gratis atau meminta-minta. Bersamaan dengan itu, hal tersebut juga menjadikan perusahaan-perusahaan pembuat alat-alat peraga dan produsen sarana belajar-mengajar sebagai mitra sinergis sekolah.
Dengan ikhtiar semacam itu, amanat UU Sistem Pendidikan Nasional tentang otonomi sekolah di satu pihak dan tanggung jawab bersama pemerintah, sekolah, keluarga, serta masyarakat untuk bertanggung renteng memajukan pendidikan nasional di pihak lain diharapkan bisa terwujud.
                                          

2.2 MAHALNYA BIAYA PENDIDIKAN SEKARANG INI
Pendidikan merupakan faktor kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan. Biaya pendidikan sekarang ini tidak murah lagi karena dilihat dari penghasilan rakyat Indonesia setiap harinya. Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya pendidikan di perguruan tinggi melainkan juga biaya pendidikan di sekolah dasar sampai sekolah menengah keatas walaupun sekarang ini sekolah sudah mendapat Bantuan Operasional Sekolah (BOS) semuanya masih belum mencukupi biaya pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Pendidikan di Indonesia masih meupakan investasi yang mahal sehingga diperlukan perencanaan keuangan serta disiapkan dana pendidikan sejak dini. Setiap keluarga harus memiliki perencanaan terhadap keluarganya sehingga dengan adanya perencanaan keuangan sejak awal maka pendidikan yang diberikan pada anak akan terus sehingga anak tidak akan putus sekolah. Tanggung jawab orang tua sangatlah berat karena harus membiayai anak sejak dia lahir sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Mahalnya biaya pendidikan sekarang in dan banyaknya masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan sehingga tidak begitu peduli atau memperhatikan pentingnya pendidikan bagi sang buah hatinya, sehingga membuat anak putus sekolah, anak tersebut hanya mendapat pendidikan sampai pada jenjang sekolah menengah pertama artau sekolah menengah keatas. Padahal pemerintah ingin menuntaskan wajib belajar sembilan tahun. Jika masalah ini tidak mendapat perhatian maka program tersebut tidak akan terealisasi. Banyak anak yang putus sekolah karena orng tua tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya.
Sehingga kami berharap pada pemerintah untuk memberikan kebijakan dan peduli terhadap pendidikan dan masyarakat Indonesia, karena sekarang ini bangsa Indonesia banyak mengalami problema khususnya problema bencana alam yang mengakibatkan rusaknya lembaga pendidikan.


2.3 MENSIASATI BIAYA PENDIDIKAN
Pendidikan di Indonesia masih merupakan investasi yang mahal, untuk itu
diperlukan perencanaan keuangan yang baik, bila ingin merencanakan pendidikan
dengan baik bagi buah hati sebaiknya merencanakan dana pendidikan sejak dini.
Untuk mempersiapkan dana biaya pendidikan, sebenarnya banyak yang bisa dilakukan
para orang tua. Secara garis besar, sumber pendanaan alternatif dalam
perencanaan keuangan menghadapi tahun ajaran baru ada 5, yaitu :

1.      Menabung melalui jasa perbankan.
Tabungan pendidikan, yang merupakan gabungan bentuk deposito, asuransi,
dan tabungan. Bedanya, deposito dimulai dengan uang pangkal yang besar,
sementara tabungan pendidikan membayar setoran untuk mendapatkan "uang pangkal"
yang lebih besar. Dan berbeda pula dengan tabungan biasa, karena tidak dapat
diambil sebelum jatuh tempo (layaknya asuransi dan deposito). Uniknya, walaupun
bentuknya tabungan pendidikan, namun ada juga yang dijaminkan dengan
perlindungan asuransi.

  1. Membeli produk asuransi yang mengandung unsur tabungan.
Asuransi pendidikan, bentuk penjaminan terhadap risiko, keuntungan
menggunakan sumber pendanaan ini bila waktu yang direncanakan tepat atau ada
risiko yang muncul di tengah "perjalanan". Biasanya model ini digunakan bagi
keluarga yang memiliki resiko tinggi, sebut saja orang tua dengan pekerjaan
tingkat kecelakaanya lebih tinggi.

3. Mempersiapkan sendiri dengan cara berinvestasi.
Selain tabungan dan asuransi pendidikan maka Anda juga bisa
mempersiapkannya sendiri dengan cara berinvestasi ke dalam suatu produk
investasi lain, misalnya reksa dana. Anda bisa melakukan setoran rutin investasi
per bulan, atau pada waktu yang diinginkan.


4. Dengan mengambil pinjaman kredit jangka pendek.
Walaupun tidak terlalu lazim digunakan untuk sumber dana pendidikan, namun
sebagian masyarakat masih menggunakannya, misalnya seperti produk pinjaman tanpa
jaminan yang dikeluarkan oleh bank. Kartu kredit. Sumber keuangan ini sangat
memungkinkan, walaupun pembayarannya mungin akan menjadi masalah baru. Selain
bunga yang tinggi bila jatuh tempo, juga tingkat risikonya cukup besar.

5. Dengan menjual harta kekayaan.
Jika Anda mempunyai simpanan dalam bentuk kertas ( paper asset ) seperti
reksa dana, saham atau harta dalam bentuk wujud lainnya seperti emas, tanah.
Kendaraan atau barang berharga lainnya bisa dipertimbangkan untuk menjualnya
jika tidak tersedia dana tunai yang cukup untuk membayar biaya pendidikan anak.


4 Langkah Mudah Mempersiapkan Dana Pendidikan

Mempersiapkan dana pendidikan juga bukan asal menabung, jangan-jangan biarpun Anda sudah capek menabung dana yang terkumpul tidak cukup juga. Untuk mempermudah Anda melakukan persiapan dana pendidikan anak, berikut ini adalah langkah – langkah yang bisa dijalankan :

Menentukan target dana pendikan yang dibutuhkan Banyak orang tua hanya mengetahui tingginya biaya pendidikan saat ini, tapi lupa memperkirakan berapa besarnya biaya pendidikan kelak. Sehingga walaupun merasa sudah menabung tetapi dana tersebut ternyata tidak cukup saat akan dipakai. Target dana pendidikan yang dibutuhkan adalah sama dengan perkiraan biaya pendidikan kelak, dan untuk memperkirakannya, lakukanlah 2 hal sebagai berikut :

Cari informasi berapa biaya saat ini untuk masing – masing jenjang pendidikan yang akan dilalui anak Anda ( TK, SD, SMP, SMA, Universitas, S2 ) Misalkan biaya uang masuk TK saat ini adalah Rp 5 jt dan anak Anda akan masuk TK 4 tahun lagi.

Hitung berapa biaya pendidikan tersebut kelak, Kalikan dengan asumsi kenaikan biaya pendidikan pertahun sampai anak Anda masuk sekolah. Misalkan biaya uang masuk TK saat ini adalah Rp 5 jt dan anak Anda akan masuk TK 4 tahun lagi sedangkan asumsi rata-rata kenaikan biaya pendidikan pertahun yang adalah 10%, maka 4 tahun lagi biaya uang pangkal masuk TK tadi sudah naik menjadi Rp 7.350.000,-

Menetapkan cara pencapaian target dana pendidikan. Ada 2 cara yang bisa dipilih untuk mencapai target dana pendidikan, yaitu :

Melakukan setoran rutin bulanan ke dalam suatu produk investasi, misalnya : - Menabung secara rutin ke tabungan biasa, tabungan pendidikan atau deposito di bank, melakukan investasi bulanan ke produk reksadana, atau mengambil asuransi pendidikan.

Menabung atau melakukan investasi sekali saja di muka dengan dana tunai yang dimiliki saat ini.

Melindungi Investasi dari resiko. Hilangnya kemampuan orang tua untuk mendapatkan penghasilan akibat kematian, kecelakaan atau sakit parah, bisa menyebabkan setoran rutin untuk dana pendidikan terhenti. Untuk mengantisipasi dari resiko – resiko ini, maka akan lebih bijaksana jika Anda mengambil asuransi Bila Anda sudah mengambil asuransi pendidikan atau tabungan pendidikan yang juga memberikan manfaat asuransi maka otomatis dana pendidikan anak Anda sudah terproteksi. Artinya jika salah satu resiko seperti tersebut diatas terjadi maka pihak asuransi akan meneruskan persiapan dana pendidikan untuk anak Anda.

Namun jika Anda menabung sendiri maka sebaiknya mengambil asuransi jiwa, asuransi kecelakaan dan asuransi penyakit kritis, dengan besar jumlah uang pertanggungan yang jika uang pertanggungan tersebut dimasukkan kedalam suatu produk tabungan atau investasi maka hasil bunga yang didapat bisa untuk membayar setoran rutin dana pendidikan anak Anda.

Melakukan Evaluasi dan Revisi Untuk memastikan agar target dana pendidikan yang dinginkan tercapai maka sebaiknya rencana keuangan yang dijalankan dievaluasi minimal setahun sekali. Hal ini dilakukan karena asumsi suku bunga tabungan, deposito, asuransi maupun produk investasi lainnya bisa saja berubah Demikian juga asumsi kenaikan biaya pendidikan pertahun, sehingga kemungkinan terjadi ketidak sesuaian antara asumsi yang dipakai dengan kenyataan sebenarnya bisa terjadi. Akibatnya Anda mungkin bisa mencapai target dana pendidikan yang dinginkan tetapi bisa juga tidak. Dengan melakukan evaluasi rutin maka akan diketahui apakah rencana keuangan sudah terpenuhi tergetnya atau belum, sehingga jika belum dapat segera dilakukan revisi atau rencana perbaikannya.

 




DAFTAR PUSTAKA
Anonimus.2008.biaya pendidikan sebagai beban kemitraan.(online).http://pnl.ac.id/?p=11
Mike rini.2007. mensiasati biaya pendidikan. (online).http://www.perencanakeuangan.com/files/MensiasatiBiayaPend.html
Putrid.2008. mahalnya biaya pendidikan sekarang ini. (online).http://re- searchengines.com/0607putri.html







Tidak ada komentar:

Posting Komentar